Pilihan Cinta Cecilia

Cerpen

By
Imha Azalea Bilqish


Kenangan menyakitkan..

Pagi itu terasa sama seperti pagi-pagi sebelumnya. Hangat sinar sang mentari menerpa memberi kehangatan. “minggu besok aku harus segera meninggalkan kampung halamanku untuk merantau ke ibukota”. Gumam wanita berkulit putih yang hendak mewujudkan cita-citanya yang sempat tertunda karena harus membela keluarganya.

Wanita kelahiran 23 tahun lalu itu terlambat kuliah karena ia harus bekerja untuk menghidupi adik sematawayang dan ibunda tercintanya. Sejak ditinggalkan sang ayah 13 tahun silam keadaan ekonomi keluarganya tidaklah baik. Terjadi beberapa kemunduran sampai akhirnya ibundanya jatuh sakit. Cecilia Atmajaya ya, itulah nama gadis yang tiap hari tak pernah lepas dari airphone dikepalanya.

“bu, aku pamit dulu. Doain aku agar baik2 disana dan selalu diberikan kesehatan.” Pamit sang anak kepada ibunya sembari mencium tangan sang ibu.
“hati2 nak disana, ibu hanya bisa mendoakan semoga kamu selalu berada dalam Lindungan Tuhan.” Balas sang ibu.

Kereta pun perlahan melaju, alasan utama gadis berambut panjang penyuka musik itu meninggalkan kampung halamannya adalah untuk melupakan Fahmi yang telah meninggalkannya begitu saja. Dia berharap dengan mewujudkan impiannya untuk melanjutkan kembali pendidikan di perguruan tinggi dapat membuat dia lupa dengan sosok Fahmi.

Teringat kembali akan masalalu yang indah, saat pertamakali bertemu. Dengan penuh Romansa Fahmi memperlakukan Cecil bak seorang putri raja. Mawar putih yang tempo hari dibawa oleh Fahmi setiap Fahmi bertemu dengan Cecil masih Cecil simpan disela-sela buku Favoritnya. Beberapa tangkai mawar putih itu mengering dalam sela-sela buku seolah abadi disana.

Boneka kesukaan Cecil pemberian Fahmi tak luput dia bawa ke ibukota, walau hati ingin melupakan tapi sebenarnya Cecil tak benar-benar ingin melupakan pria yang telah mengukir kenangan indah bersamanya.

“fahmi..” gumam Cecilia Atmajaya yang akrab dipanggil Cecil dalam hati.
“kenapa kamu ninggalin aku? Apa salah aku? Kenapa kamu beri aku kenangan indah tapi berakhir seperti ini?” pertanyaan-pertanyaan yang bermunculan di benak Cecil.

Ada rasa sakit dan kecewa yang teramat sangat dihati Cecil, dia merasa sedih karena ibundanya sudah berharap lebih kepada Fahmi dengan sikap dewasa yang selama ini ditunjukkan Fahmi kepada keluarga Cecil. Terlebih Cecil anak pertama dan ayahnya sudah lama meninggal dunia sejak Cecil mash kecil.

Penyebab perginya Fahmi sampai saat ini pun masih menjadi misteri, Cecil masih tidak dapat memaafkannya karena tidak adanya alasan yang menurut Cecil masuk akal untuk satu hubungan yang hampir serius berakhir begitu saja. Melihat semua pengorbanan yang Fahmi berikan selama ini cukup meyakinkan betapa besarnya cinta Fahmi untuk Cecil. Tetapi hati manusia memang tidak mudah untuk ditebak dan mudah sekali untuk berubah.

“aku sangat mencintai kamu fahmi, gak adil rasanya cuma aku yang rasain ini..”
“semakin aku mencoba buat lupain kamu semakin gak bisa, aku semakin lemah dan akhirnya air mata ini selalu jatuh tak berdaya”
Gumam dalam tangis Cecil.

Perjalanan kereta itupun terus melaju, stasiun demi stasiun telah dilewati. Hanya tinggal 3 stasiun lagi yang harus dilalui, stasiun tujuan Cecil akan sampai. Di ibukota ini Cecil berharap semua akan berubah. Cecil berharap dapat merubah keadaan keluarganya menjadi lebih baik dan dapat merubah urusan percintaannya pula.

“yaaa syukurlah sudah sampai juga, aku harus segera mencari tempat tinggal.” Semangat gadis berkacamata sambil mendengarkan musik ditelinganya.

Beberapa kali Cecil mencoba menelpon kostan tapi tetap tidak ada yang dapat dihubungi, tiba-tiba ada sosok pria yang berdiri dihapadan Cecil. “ada yang bisa saya bantu?”

Pertemuan Singkat..

Beberapa kali Cecil mencoba menelpon kostan tapi tetap tidak ada yang bisa dihubungi, tiba-tiba ada sosok pria yang berdiri dihapadan Cecil. “ada yang bisa saya bantu?” tanya pria yang berbadan besar berkulit coklat. Cecil yang setengah gugup mencoba menjawab “saya sedang cari kostan”.

“kamu dari mana?” tanya pria berkulit coklat itu.
“aku dari daerah, aku mau kuliah disalah satu universitas swasta di ibukota.” Jawab lugu.
“oh iya, dari tadi ngobrol aku sampe lupa. Namaku Tomy aku kerja disini.” Memperkenalkan diri.
“aku Cecilia, panggil aja Cecil. Oh iya katanya kamu mau nolong aku? Bisa tolong carikan Kostan dekat Universitas Triguna?” mohon Cecil.
“oke, ayo naik motorku.” Ajak Tomy laki-laki yang baru saja dikenalnya.

Walau mereka baru saja kenal tapi pembicaraan mereka seolah sudah kenal lama dan akrab. Ya Cecil memang mudah bergaul dengan siapapun, dia terbiasa dengan dunia kerja, terbiasa menyesuaikan diri dengan berbagai macam karakter dan kepribadian seseorang.

Satu jam kemudian barulah dapat kostan yang cocok, dekat dengan universitas dan tidak jauh pula dari kantor yang mulai senin nanti Cecil akan bekerja. Gadis ini memang bukan gadis biasa, dia harus tetap bekerja untuk tetap dapat kuliah serta menghidupi ibu dan adiknya yang masih sekolah SMA di kampung halamannya. Cecil akan memasuki perkuliahan satu bulan mendatang sekarang ini adalah masa propesa.

“ok, kalo gitu aku pulang dulu ya. Kamu kan udah dapet kostan kamu bisa istirahat sekarang dan persiapin buat lusa kamu kerja. Ini tas kamu aku bawain kedalem.” Pamit Tomy pria yang telah menolong Cecil.
Tampaknya ada hal yang lebih dari Tomy, ya Tomy menyukai Cecil sejak pertama kali bertemu.

Hari sudah malam, cecil nampak lelah setelah perjalanan jauh, mencari kostan hingga akhirnya bertemu seseorang yang baik ternyata ditengah kota besar seperti ini masih ada pria yang baik.

Gadis itu tersenyum kecil kala ingat kebaikan pria itu. namun kembali lagi dia mengingat sosok Fahmi. “cara Tomy pertama kali ngebantu aku, cara dia memandang aku persis seperti aku pertamakali ketemu kamu, fahmi..” kenangannya tak luput dari sosok Fahmi. Gadis yang gagal Move On.

Hari pertama bekerja. “ya aku siap.” Gumam Cecil dalam hati. Setelah pertemuan itu Tomy seolah tak habis akal untuk bertemu dengan Cecil kembali. Tomy benar-benar penasaran dengan sosok Cecil yang membuat dia tertarik mengetahui Cecil lebih dalam. Seminggu pertama ini Tomy kerap menjemput Cecil sepulang kerja padahal jarak kantor ke kostan bisa ditempuh 15 menit dengan berjalan kaki.

Ya seperti tak kenal lelah untuk mendapatkan cinta sang pujaan hati. “Cil, malem minggu besok mau gak ikut aku ke perayaan kota. Ada acara festival band, kamu suka musik kan?” ajak Tomy. “mmm.. aku sih pengen banget ikut tapi sayang aku ada acara propesa dikampus, aku kan kuliah hari sabtu jadi propesanya hari sabtu mungkin selesai malam.” Sesal Cecil mengerutkan kening.

“Cil, sebenernya aku pengen ngomong ma kamu..” Tomy dengan nada agak gugup sambil menggaruk-garuk belakang telinga kanan. “ya tom, ngomong aja..” jawab Cecil lugu.

“aku sayang sama kamu, kamu mau gak jadi pacar aku?” tanya tomy dengan nada cepat karena gugup sembari menundukkan kepala sedikit malu. “aku tau ini terlalu cepet mungkin buat kamu tapi aku bener-bener gak bisa nahan perasaan aku.” Lanjut Tomy. “aku mau selalu ada buat kamu, aku mau selalu bisa jadi orang kamu andalkan disaat kamu susah. Walau aku belum tau banyak tentang kamu, tapi aku tau satu hal kamu itu kesepian kamu butuh seseorang disamping kamu. Dan disaat itu aku ingin kamu hanya menghubungi aku bukan orang lain.” Jelas Tomy.

“maaf tom..” singkat Cecil.

Seketika Cecil langsung pergi meninggalkan tomy tanpa memberikan jawaban apapun dan penjelasan apapun. Dalam hati Cecil sebetulnya berkecamuk perasaan yang aneh. Tapi karena ketidakberanian Cecil mengambil keputusan akhirnya Cecil pergi begitu saja.

Sikap Cecil menyisakan luka untuk Tomy, semenjak kejadian itu Tomy tak pernah datang menjemput Cecil sepulang kerja, bahkan hanya melalui pesan singkat pun tidak pernah lagi.

Hidup Baru di Mulai..

Akhirnya masa perkuliahan telah dimulai. Hari pertama masuk kuliah semua mahasiswa memperkenalkan diri masing-masing. Dengan berbagai macam latar belakang keluarga dan pekerjaan semua ada dalam satu kelas. Sedikit gugup tapi gadis yang disapa Cecil itu cukup percaya diri akan mendapatkan teman dikelas.

“Cecilia Atmajaya, itu nama kamu kan?” tanya seseorang yang perlahan mendekati kursi gadis yang sedang asik mendengarkan musik. “hai, kenalin namaku Ibnu Hadi kamu bisa panggil aku Hadi.” Jelas si Pria tersebut.

Walau sebenarnya agak malas untuk menanggapi kicauan pria bermata sipit itu tapi dengan senyum paksa Cecil menanggapinya. “iya hai juga.” Singkat Cecil sambil memain-mainkan Gadgetnya. “mau makan siang bareng gak? Aku dan anak-anak yang lain mau kekantin. Kalau berminat ikut gabung aja.” Ajak Hadi sambil sedikit membujuk.

Namun sayang ajakan Hadi saat itu ditolak oleh Cecil, terlintas dia jadi teringat sosok Tomy. Yang kerap kali menjemput Cecil pulang kerja dan memaksanya untuk makan malam. Cecil pun sadar bahwa sikap dia telah menyakiti perasaan Tomy, sekarang Tomy sudah tidak pernah ada kabar lagi. “pasti akan selalu seperti ini akhirnya.” Bisik Cecil dalam hati.

Dia mulai menyalahkan diri sendiri, mulai menyalahkan keadaan. Seiap pria yang dia cintai pergi dalam hidupnya. Cecil baru menyadari bahwa sebenarnya dia juga menyukai Tomy karena kehangatannya, ketulusannya. Tapi semua seakan sudah terlambat, tak akan lagi ada harapan itu.

“sekarang kita bagi kelompok untuk tugas kelompok minggu depan.” Intruksi sang Dosen dalam ruang kelas sore itu. “Andi, Cecilia, Ibnu Hadi, Nino Bastian dan Yunza. Kalian kelompok III.” Jelas sang Dosen. Hadi langsung mendekati Cecil yang saat itu sedang menulis nama-nama kelompok dan tugas materi kelompok. “cil, kita ketemuan dimana buat bahas tugas kelompok?” tanya Hadi dengan pipi sedikit merah merona. “terserah.” Jawab Cecil singkat.

Rupanya perjuangan Hadi untuk bisa dekat dengan Cecil masih jauh. Cecil masih saja cuek seolah tak peduli dengan orang sekitar. Tapi itulah hal yang membuat Hadi sebenarnya penasaran dengan sosok Cecilia Atmajaya.

Hadi cukup akrab dengan teman-teman sekelas, dia tampak seperti idola kampus. Dada bidang, tinggi 176 cm, kulit putih dan bermata sipit. Dengan gaya rambut anak band khas jepang, seolah menjadi tampilan sempurna untuk laki-laki dimata para gadis. Tapi hal itu tidak membuat Cecil lantas tertarik padanya.

Hari minggu kelompok III berkumpul disalah satu cafe dekat kampus untuk mengerjakan tugas kelompok yang telah diberikan kemarin. Pandangan Hadi tak luput dari wajah Cecil, sedikit membuat kesal Cecil sampai mengusik konsentrasi kerja kelompok. “Hadi, lu kan bagian dari kelompok ini kerja donk dari tadi bengong aja lu.” Celetukan Andi yang mulai kesal dengan tingkah Hadi.

Hari sudah mulai gelap, tak terasa tugas mereka ternyata menyita hari minggu mereka sampai seharian. Tapi tugas kelompok akhirnyapun selesai karena semua bekerja itulah teamwork.

“hoaamhh..”
“akhirnya pagi, senin pagi, kerja pagi..” keluh Cecil.
Waktunya untuk melanjutkan aktifitas dikantornya. Cecil bekerja disalah satu perusahaan produksi perlengkapan sport. Dia selalu bersemangat kerja karena dia sadar hanya dia yang menjadi tumpuan keluarganya. Walau rasanya berat tapi Cecil tidak ingin menganggap hal tersebut sebagai beban.

Satu bulan sudah Cecil bekerja ditempat itu, Cecil sering bercengkrama dengan karyawan dari divisi lain, walau terlihat lelah dan murung tapi Cecil tidak ingin menunjukkannya pada siapapun. Dia tak ingin berbagi pada orang lain tentang apa yang dia rasakan, karena menurutnya jika berbagi penderitaan akan membuat orang disekitarnya sedih dan dia tidak ingin dikasihani oleh orang lain.

“Cecil, tolong laporan untuk bulan ini segera email saya. Karena besok saya ada meeting dengan para manager.” Pinta Pak Sutiyoso manager divisi tempat cecil bekerja. “baik pak, akan segera saya rapihkan dan email ke bapak.” Jawab Cecil.

Hari-hari seolah tak memberikan kesempatan untuk Cecil istirahat. Begitu sibuknya dia dalam pekerjaannya hingga selalu pulang larut. Waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 tapi Cecil masih sibuk dengan laporannya. Diluar terdengar suara gemuruh air hujan hari itu Cecil tidak membawa payung. “kalo sampe jam 20.30 masih hujan terpaksa ujan-ujanan aja deh..” gerutu Cecil sambil melihat kearah jendela dibelakang meja kerjanya.

Teringat kembali kenangan itu, sepulang nonton bioskop dengan Fahmi, turun hujan sangat lebat akhirnya Cecil dan Fahmi berteduh disalah satu warung pinggir jalan. Saat itu hujan turun sangat lama, jam 19.00 baru berhenti 21.00 itupun masih gerimis. Tapi karena sudah terlalu malam akhirnya mereka memaksakan diri pulang dengan guyuran gerimis dan terpaan angin malam yang begitu menusuk.

“Aku gak mau kamu keujanan. Biar aku aja yang kena ujan asal kamu jangan. Aku gak akan pernah bisa maafin diri aku sendiri kalo kamu sakit.” Penggalan kalimat yang pernah dilontarkan Fahmi lewat mulut manisnya itu.


To Be Continued......
Pilihan Cinta Cecilia Pilihan Cinta Cecilia Reviewed by Unknown on April 20, 2016 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.